Untuk ditangkap kebali. William pun ikut mencari para tahanan yang kabur kedalam hutan bersama Tentaranya.
Setelah
menyusuri hutan nan lebat selama berminggu-minggu, akhirnya Agoes dan rekan
semua tahanan sampai di Desa Arta Buana, Jawa Timur yang dianggap Agoes
sebagai desa teraman untuk bersembunyi kala itu. Agoes dan tahanan lain
tinggal menumpang di beberapa rumah warga. Saat malam, Agoes dan seluruh tahanan
kumpul di bawah pohon jati yang cukup besar untuk berunding, merundingkan
rencana penyerangan terhadap Tentara Belanda yang ada di penjara atas bukit. Di
tengah perundingan, Agoes izin kepada teman penjaranya untuk pergi berziarah ke
makam Ayah dan Ibunya, yang tempatnya sudah di ketahui Agoes esok hari.
“Alhamdulillah, kita semua selamat, sudah sampai sejauh ini kita melangkah, dan setelah peralatan yang di perlukan siap, saya ingin mengajak rekan-rekan semua untuk menyerang para tentara belanda yang ada di penjara atas bukit itu. Bagaimana?”
Dengan
serentak dan nada penuh semangat, para tahanan pun menyetujui rencana yang Agoes usulkan itu.
“SETUJU!!”
Agoes
pun makin bersemangat untuk melawan para tentara penjajah tersebut.
“Tapi sebelumnya, saya ingin meminta izin kepada kalian, bahwasannya, esok, saya ingin berziarah dahulu di makam mendiang Ayah dan Ibu saya, sebelum melancarkan serangan itu”
Awalnya
para rekan tahanan Agoes tidak menyetujui. Namun setelah penjelasan panjang
lebar yang diutarakan Agoes, akhirnya para rekan tahanan agoes pun setuju.
Agoes hanya meminta satu hari untuk mengunjungi makam mendiang orang tuanya
tersebut, karena desa Agoes dan desa tempat mendiang orang tuanya dimakamkan
tidaklah jauh.
Fajar
menyapa, mentari kian benderang menerangi bumi pertiwi. Agoes ditemani Roeslan
pergi menuju desa tempat dimana mendiang orang tuanya dimakamkan. Perjalanan
Agoes tidaklah mulus, dia harus berhati-hati, karena banyak tentara belanda
yang berada di jalanan yang sedang mengawasi para pekerja. Siang harinya, Agoes
dan Roeslan sampai di desa, ia langsung mencari letak makam orang tuanya, di
atas makam orang tuanya, Agoes menangis hebat, setelah berdoa, ia berjanji di
atas makam orang tuanya, untuk membalaskan dendam kepada Tentara Belanda yang
sudah menyiksa keduanya untuk di bunuh.
“Bu, Pak, Saya janji, akan membalaskan dendam kalian” sembari terisak agoes dengan nada keras di janjinya.
Malam
harinya, mereka berdua kembali menyusuri hutan untuk ke Desa Arta Buana, dan
berkumpul dengan para rekan lainnya. Namun kejadian mengenaskan telah terjadi,
hampir setengah dari rekan penjaranya telah tewas di habisi dengan cara digantung kemudian ditembak mati di atas pohon jati, dimana itu tempat semalam
Agoes dan yang lainnya berunding.
Agoes
kembali menangis, begitu juga Roeslan. Di antara tangisan Roeslan, ada suara
samar yang memanggil mereka berdua, ternyata itu Moerdiono, yang selamat karena
bersembunyi di atas pohon beringin.
“Goes, Roes” Seraya Moerdiono turun dari pohon yang ia pakai untuk bersembunyi.
“Ini semua…. “ belum sempat meneruskan, Moerdiono langsung menjawab.
“Iya, Goes, mereka (tentara belanda) datang tak lama setelah kamu pergi, dan mereka membunuh setengah dari rekan kita, dan mereka sedang mencarimu!”
“Lalu, kemana separuh rekan kita, Moer ?” cemas Agoes.
“Mereka pergi bersama ke arah sana” ujung jari Moerdiono mengarah pada rerimbunan hutan di belakang desa Arta Buana.
“Ayo, kita cari mereka”
Mereka
bertiga kembali melewati hutan untuk mencari sisa rekannya yang masih selamat
dari serbuan Tentara Belanda kala itu. Banyak jejak dara tercecer di tanah dan
daun yang mereka lalui, itu memepermudah mereka menemukan sisa dari rekannya yang
masih selamat.
Benar
saja, setelah kiloan meter jauhnya mereka mencari, akhirnya bertemu sisa dari
rekannya yang sedang berada di pinggiran sungai, mereka sedang membersihkan
luka yang mereka dapat ketika dikejar para tentara itu. Tak sedikit juga dari
mereka yang terpincang karena tembusnya timah panas di kaki mereka.
Setelah
membantu mengobati mereka dengan tanaman yang ada di hutan, Agoes, Roeslan dan
Moerdiono membantu mereka pindah ke tempat yang lebih aman dari penglihatan Tentara Belanda.
Setelah
dirasa tempat cukup aman, Agoes membuka percakapan.
“Separuh dari kalian… “ tak sempat membereskan pertanyaan, salah satu dari mereka, Ahmad memotong.
“Iya, mereka tewas, di bunuh tentara berlanda, dan mereka mencari-cari kamu Goes sebelum menembak mati para tahanan”
“Bangsat!, aku juga takan tinggal diam, demi Orang tuaku, dan demi kalian, aku akan berjuang membinasakan mereka, para tentara yang menyiksa dan memenjarakan kita”
“Aku juga” di ikuti suara para rekan lainnya yang menyatakan setuju ingin membinasakan tentara belanda”
Setelah
berbulan-bulan, semua rekan tahanan Agoes yang terluka pun mulai pulih satu
demi-satu…
Coba kirim ke media cetakkk
BalasHapusapanya mbak ? :|
HapusCerpenmu hehhehee
Hapusboleh tuh, caranya mbal? :D
HapusCoba dikaji kembali pemakaian "di" dan "ter" :)
BalasHapuslemah disitu saya mbak. -___-
Hapustapi makasih masukannya :)
goes, goes.
BalasHapusbagus nih. kalo gue dapet tugas nyari cerpen, bisa kali gue pake..
tapi kata2 kasarnya gue apus dulu
goes sepeda. wk
Hapusjangan jev, biar kesannya nyata.
Ceritanya semakin seru aja nih.
BalasHapusyang selanjutnya lebih seru nih mas :D
Hapussemangat buat goes
BalasHapus