Penjara
yang memenjarakan Agoes dan tahanan lain berada di perbukitan sekitar Jawa
Timur, penjagaan dalam penjara pun cukup ketat.
“Aku punya rencana! Malam Jum’at setelah tengah malam, aku ingin kabur dari sini, apa kalian mau ikut bersamaku?”
“Bagaimana caranya Goes?” Tanya Roeslan penasaran.
“Aku sudah menyiapkan beberapa alat yang aku dapatkan ketika kita sedang kerja, aku menyembunyikan satu demi satu peralatan yang kurasa penting untuk dapat membobol tembok penjara ini” Agoes menjelaskan kepada Roeslan.
“Apa ini akan berhasil?”
“Insaallah, ini akan berhasil, namun butuh waktu lama untuk membobol tembok yang tebal dengan penjagaan yang ketat ini, jangan lupa, beritahu rekan lain yang ingin ikut kabur, nanti akan aku bagikan peralatan untuk mereka ketika kerja nanti, dan jika kita semua dapat lolos, aku ingin kita berkumpul di desa Arta Buana untuk melancarkan serangan terhadap Tentara Belanda”
“Baiklah”
Esoknya,
Roeslan mendapat kabar burung, bahwa adik perempuannya telah diperkosa oleh Tentara Belanda sampai meninggal dunia. Moerdiono pun tak luput dari kabar
buruk, ia mendapat kabar bahwa ayahnya tewas di tembak, setelah mencoba kabur
ke perbukitan. Roeslan dan Moerdiono pun murka, dan mengancam akan membunuh
semua berlanda yang ia temui kelak jika sudah bebas dari penjara.
Moerdiono,
pemuda yang lebih muda 2 tahun dari Agoes. Saat ini usia Agoes menginjak 23
tahun, Moerdiono 21 tahun, dan Roeslan 23 tahun, sumuran dengan Agoes.
Moerdiono ditangkap, karena kedapatan hendak merampas senapan dari tentara
belanda yang sedang tertidur ketika mengawasi para pekerja. Moerdiono pun dikejutkan oleh teriakan pekerja lain yang melaporkan kejadian itu kepada Tentara
lain yang sedang mengawasi dan tak jauh dari mereka. Moerdiono, ditinju berkali-kali, dengan ujung
senapan pula ia dipukul, sehingga kepalanya mengeluarkan banyak darah, beruntung tuhan memberikan keajaiban, Moerdiono dapat bertahan walaupun luka di kepalanya yang
cukup parah. Moerdiono pun di gelandang oleh tentara belanda untuk di
penjarakan.
Roeslan
menjalankan tugasnya untuk memberitahu para tahanan yang lain yang ingin kabur
dan melwana para Tentara Belanda itu, dia memberitahu kepada tentara lain
ketika sedang bekerja, diantara kerjaannya itu ia pun segera melancarkan
tugasnya untuk memberitahukan niat untuk kabur.
Keesokan
harinya, setelah selesai bekerja dan kembali ke sel masing-masing. Agoes
memberikan peralatan yang ia kumpulkan kepada satu orang tahanan lain, itu di
lakukannya setiap hari. Setiap harinya ia memberi satu alat kepada tahanan
lain, itu dilakukan, agar penjaga tahanan tidak curiga akan apa yang ia
lakukan.
Karena
demikian, membagikan peralatannya kepada tahanan lain pun membutuhkan satu
tahun lebih lamanya (1920) agar tidak di ketahui oleh Tentara Belanda. Sesuai dengan arahan
Agoes kala memberi petunjuk, para tahanan lain pun memahat tembok penjara
sedikit demi sedikit membentuk bulat agar tidak diketahui penjaga jika di
periksa, itu dilakukan di tengah malam, setiap harinya, ketika para penjaga penjara sudah
terlelap.
Melubangi
tembok penjara itu dibutuhkan waktu bertahun-tahun, karena mereka sangat
berhati-hati, dan melubangi tembok sedikit demi sedikit, agar kegiatan yang
sedang mereka lakukan tidak diketahui para penjaga yang sedang berjaga. Lubang
hasil pahatan mereka, ditutupi oleh kain yang diberikan oleh penjaga untuk
alas tidur para tahanan.
5
tahun kemudian, 1925 pagi. Tentara se isi penjara dikejutkan karena tidak
adanya satu orang tahanan pun didalam sel. Setelah diselidiki, ternyata ada
lubang dan alat pahat yang tergeletak di lantai.
“Pantas saja alat-alat penjara sering hilang” Ucap seorang Tentara yang menggeledah kamar para tahanan.
Ini
membuat para Tentara Belanda makin murka, dan gencar mencari semua para tahanan
untuk ditangkap kembali dan dihukum mati dengan di gantung jika tertangkap.
“Cari semua para tahanan, bawa kemari, dan hukum mati untuk mereka semua!” Ucap William Van Desch, kepala penjara, dengan nada yang marah besar.
Tentara Belanda pun bergeggas menyusuri seisi penjara untuk menemukan petunjuk kemana
mereka kabur, dan dipastikan mereka kabur menuruni bukit dan bersembunyi di
hutan lebat yang ada dikaki bukit.
Semua Tentara Belanda bergeas menuruni bukit dan menuju hutan untuk mencari para
tahanan yang kabur. Sesampainya di hutan, seluruh tentara tak menemukan seorang
tahanan pun yang berada di hutan. Sekembalinya para Tentara Belanda ke penjara
dan melaporkannya kepada William, sontak William marah besar, dan mengerahkan
semua tentara belanda yang ada di penjara untuk mencari mereka semua yang kabur
untuk…
Wihhh bikin cerbung nih kayaknya . . ntar deh gue baca mulai yang part 1 . .
BalasHapusiya nih, nyoba rey. hehe
HapusPinter juga bikin lobangnya mpe isi tawanan abis
BalasHapushebat mereka. wkwk
Hapuskenapa kalau tempo dulu selalu saja di tulisnya DOELOE...kanapa coba?
BalasHapuskan belum di EYD kan mang. haha
Hapuswah mereka bisa lolos dari penjara *nyimak
BalasHapusiya, bahkan swmua wkwk
Hapus