Setelah
semua rekan tahanan Agoes berangsur pulih dari lukanya, Agoes bersama mereka
kemudian berjalan menyusuri hutan untuk mencari desa terdekat. Setelah berjam-jam
mereka berjalan, akhirnya mereka bertemu sebuah desa, ada beberapa rumah
didalamnya, mereka pun meminta izin untuk tinggal disana untuk beberapa hari
kedepan.
Agoes
pun dipertemukan dengan kepala desa setempat, Soelasno, mereka pun berkenalan.
“Agoes” seraya menjabat tangan pak Soelasno
Soelasno
pun diam sejenak, karena teringat sesuatu sambil tangannya masih menjabat
Agoes.
Sebelumnya
Sulasno telah mendengar kabar sayembara yang diadakan kepala penjara Lembah
Dalem, bahwasannya siapa saja yang menemukan Agoes hidup atau mati, maka ia
akan menerima 1000 gulden. Itu yang ia dengar. Yang kemudian sayembara itu diberitahukan kepada Agoes, Seketika Agoes pun terkejut mendengar pernyataan itu
dari kepala desa.
“Lalu, apa yang akan bapak lakukan terhadapku? Apa bapak akan menangkapku kemudian menyerahkanku kepada Bangsat penjajah itu?” suasana hening sejenak.
“Tentu saja tidak! Itu semua, karena akupun mempunyai dendam kepada William, ia telah memperkosa istriku, kemudian membunuhnya di hadapanku” sembari matanya mengeluarkan air mata.
Agoes
terdiam, lalu berkata.
“Kita disini semua sama, pak. Saya dan rekan tahanan yang lain pun mempunyai dendam yang sama terhadap mereka. Khususnya saya, saya mempunyai dendam terhadap perlakuan para tentara belanda yang seketika membuat Ibu dan Ayahku meninggal dunia”
Percakapan
mereka sudahi, kepala desa menyilahkan mereka tidur dimanapun karena sudah
meminta izin kepada semua pemilik rumah yang ada di desa itu.
Agoes
pun memilih tidur disebuah saung, sementara teman-temannya yang lain memilih
tidur di rumah penduduk desa. Saat sedang berbaring memikirkan rencana
penyerangan, Agoes pun dikejutkan oleh suara perempuan yang menyapanya.
“Mas, ini, aku bawakan makanan. Maaf seadanya” seraya senyum indah sembari menyodorkan piring yang berisi makanan ke depan Agoes.
Agoes
seketika melamun, menatapi wajah ayu wanita yang memberinya makanan.
“Terimakasih, siapa namamu?” Tanya Agoes.
“Saya Sri, mas, Sri hartini. Panggil saja saya Sri”
“Saya Agoes” bersalaman.
“Saya sudah tahu kok, mas Agoes, saya tahu dari bapak, bapak pula yang menyuruh saya mengantarkan makanan untuk mas”
Ternyata,
Sri adalah anak Soelasno sang kepala desa. Lama mereka mengobrol, akhirnya, Sri
izin kepada Agoes untuk kembali ke rumah, karena waktu sudah larut malam. Agoes
kembali sendirian yang sekarang ditemani oleh lamunan akan wajah Sri yang ayu
itu.
Tak
terasa, Agoes tertidur pulas. Esok paginya. Agoes dan rekan yang lain kembali
berunding untuk merencanakan penyerangan terhadap penjara Lembah Dalem dan
memusnahkan semua tentara yang ada didalamnya, termasuk William Van Desch sang
kepala penjara. Waktu sudah hampir malam, mereka pun telah selesai berunding,
dan kembali ke tempatnya masing-masing.
Agoes
kembali menempati saung yang semalam ia singgahi untuk tidur. Lalu, kembali Sri
datang, dengan membawa makanan. Mereka berbincang hingga larut malam, dan lagi,
Agoes merasa jatuh cinta terhadap Sri, sejak saat itu mereka pun mengobrol
hingga larut.
Esok
harinya, terdengar kabar, bahwa tentara belanda akan mengunjungi tempat yang
Agoes dan rekannya singgahi untuk mencari mereka. Malam tiba, Agoes dan rekan
yang lain pergi meninggalkan desa, sebelumnya telah pamit kepada Soelasno dan
tentu saja Sri. Mereka semua bergegas pergi ke dalam hutan untuk bersembunyi.
Seminggu berlalu, Agoes dan semua rekannya pergi kembali ke desa yang dikepalai
pak Soelasno. Setelah sampai, agoes terkejut ketika mendapati desa yang sudah
porak poranda seperti terkena angina putting beliung. Segera Agoes mengunjungi
rumah kepala desa dan menanyakan apa yang teah terjadi.
“Pak, apa yang telah mereka lakukan?”
“Mereka menghancurkan rumah rumah yang ada, karena kami tidak mengakui bahwa kamu tidak pernah disini”
“Sri dimana pak?”
Soelasno
pun menangis.
“Sri meninggal, ia diperkosa William, namun Sri memberikan perlawanan. Sri menghantamkan kendi yang ada di meja ke kepala William hingga berdarah hebat, Sri pun dicekik sampai tak lagi dapat bernafas, dan itu di lakukan di hadapan saya”
Agoes
terkejut mendengar pernyataan itu, dan ia pun semakin murka terhadap kejahatan
William dan Tentara Belanda lainnya yang sudah seenaknya memperbudak kami
pribumi.
“Bangsat belanda itu. Saya akan membalasakan semua yang sudah terjadi, pak"
Setelah
kembali membantu warga membetulkan rumah-rumahnya yang telah diporak-porandakan Tentara Belanda, Agoes pun pamit kepada kepala desa, untuk
pergi mencari alat-alat untuk melawan para Tentara Belanda. Sebelum pergi,
kepala desa dan para warga memberikan senjata yang ada kepada Agoes dan
rekannya yang lain. Ada senapan, parang, golok, cerulit, keris, panah, tombak
dan lain-lain, itu semua sudah lebih dari cukup untuk kami melawan mereka,
karena sebelumnya, Agoes dan rekan-rekannya membajak sebuah mobil truk Belanda
yang memasok senjata api menuju penjara Lembah Dalem. Mereka
berhasil membajak semua senjata yang akan dipasok. Agoes dan rekannya pun
membantai 2 tentara belanda yang bertugas mengantarkan senjata itu, dan mobil
truk pengangkut senjata tersebut didorong beramai-ramai menuju jurang guna
menghilangkan jejak.
alur ceritanya yang ini mirip film merah putih ya
BalasHapusiya tah ? wah kebetulan, padahal hasil imajinasi sendiri :))
HapusKasian banget si Sri.. :(
BalasHapuskejam ya.
Hapus