BREAKING NEWS
Loading...

Tempo Dulu | 3. Ziarah


Untuk ditangkap kebali. William pun ikut mencari para tahanan yang kabur kedalam hutan bersama Tentaranya.
Setelah menyusuri hutan nan lebat selama berminggu-minggu, akhirnya Agoes dan rekan semua tahanan sampai di Desa Arta Buana, Jawa Timur yang dianggap Agoes sebagai desa teraman untuk bersembunyi kala itu. Agoes dan tahanan lain tinggal menumpang di beberapa rumah warga. Saat malam, Agoes dan seluruh tahanan kumpul di bawah pohon jati yang cukup besar untuk berunding, merundingkan rencana penyerangan terhadap Tentara Belanda yang ada di penjara atas bukit. Di tengah perundingan, Agoes izin kepada teman penjaranya untuk pergi berziarah ke makam Ayah dan Ibunya, yang tempatnya sudah di ketahui Agoes esok hari.

“Alhamdulillah, kita semua selamat, sudah sampai sejauh ini kita melangkah, dan setelah peralatan yang di perlukan siap, saya ingin mengajak rekan-rekan semua untuk menyerang para tentara belanda yang ada di penjara atas bukit itu. Bagaimana?”

Dengan serentak dan nada penuh semangat, para tahanan pun menyetujui rencana yang Agoes usulkan itu.

“SETUJU!!”

Agoes pun makin bersemangat untuk melawan para tentara penjajah tersebut.

“Tapi sebelumnya, saya ingin meminta izin kepada kalian, bahwasannya, esok, saya ingin berziarah dahulu di makam mendiang Ayah dan Ibu saya, sebelum melancarkan serangan itu”

Awalnya para rekan tahanan Agoes tidak menyetujui. Namun setelah penjelasan panjang lebar yang diutarakan Agoes, akhirnya para rekan tahanan agoes pun setuju. Agoes hanya meminta satu hari untuk mengunjungi makam mendiang orang tuanya tersebut, karena desa Agoes dan desa tempat mendiang orang tuanya dimakamkan tidaklah jauh.

Fajar menyapa, mentari kian benderang menerangi bumi pertiwi. Agoes ditemani Roeslan pergi menuju desa tempat dimana mendiang orang tuanya dimakamkan. Perjalanan Agoes tidaklah mulus, dia harus berhati-hati, karena banyak tentara belanda yang berada di jalanan yang sedang mengawasi para pekerja. Siang harinya, Agoes dan Roeslan sampai di desa, ia langsung mencari letak makam orang tuanya, di atas makam orang tuanya, Agoes menangis hebat, setelah berdoa, ia berjanji di atas makam orang tuanya, untuk membalaskan dendam kepada Tentara Belanda yang sudah menyiksa keduanya untuk di bunuh.

“Bu, Pak, Saya janji, akan membalaskan dendam kalian” sembari terisak agoes dengan nada keras di janjinya.

Malam harinya, mereka berdua kembali menyusuri hutan untuk ke Desa Arta Buana, dan berkumpul dengan para rekan lainnya. Namun kejadian mengenaskan telah terjadi, hampir setengah dari rekan penjaranya telah tewas di habisi dengan cara digantung kemudian ditembak mati di atas pohon jati, dimana itu tempat semalam Agoes dan yang lainnya berunding.
Agoes kembali menangis, begitu juga Roeslan. Di antara tangisan Roeslan, ada suara samar yang memanggil mereka berdua, ternyata itu Moerdiono, yang selamat karena bersembunyi di atas pohon beringin.

“Goes, Roes” Seraya Moerdiono turun dari pohon yang ia pakai untuk bersembunyi.

“Ini semua…. “ belum sempat meneruskan, Moerdiono langsung menjawab.

“Iya, Goes, mereka (tentara belanda) datang tak lama setelah kamu pergi, dan mereka membunuh setengah dari rekan kita, dan mereka sedang mencarimu!”

“Lalu, kemana separuh rekan kita, Moer ?” cemas Agoes.

“Mereka pergi bersama ke arah sana” ujung jari Moerdiono mengarah pada rerimbunan hutan di belakang desa Arta Buana.

“Ayo, kita cari mereka”

Mereka bertiga kembali melewati hutan untuk mencari sisa rekannya yang masih selamat dari serbuan Tentara Belanda kala itu. Banyak jejak dara tercecer di tanah dan daun yang mereka lalui, itu memepermudah mereka menemukan sisa dari rekannya yang masih selamat.

Benar saja, setelah kiloan meter jauhnya mereka mencari, akhirnya bertemu sisa dari rekannya yang sedang berada di pinggiran sungai, mereka sedang membersihkan luka yang mereka dapat ketika dikejar para tentara itu. Tak sedikit juga dari mereka yang terpincang karena tembusnya timah panas di kaki mereka.

Setelah membantu mengobati mereka dengan tanaman yang ada di hutan, Agoes, Roeslan dan Moerdiono membantu mereka pindah ke tempat yang lebih aman dari penglihatan Tentara Belanda.
Setelah dirasa tempat cukup aman, Agoes membuka percakapan.

“Separuh dari kalian… “ tak sempat membereskan pertanyaan, salah satu dari mereka, Ahmad memotong.

“Iya, mereka tewas, di bunuh tentara berlanda, dan mereka mencari-cari kamu Goes sebelum menembak mati para tahanan”

“Bangsat!, aku juga takan tinggal diam, demi Orang tuaku, dan demi kalian, aku akan berjuang membinasakan mereka, para tentara yang menyiksa dan memenjarakan kita”

“Aku juga” di ikuti suara para rekan lainnya yang menyatakan setuju ingin membinasakan tentara belanda”

Setelah berbulan-bulan, semua rekan tahanan Agoes yang terluka pun mulai pulih satu demi-satu…


11 komentar: Leave Your Comments

  1. Coba dikaji kembali pemakaian "di" dan "ter" :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. lemah disitu saya mbak. -___-
      tapi makasih masukannya :)

      Hapus
  2. goes, goes.
    bagus nih. kalo gue dapet tugas nyari cerpen, bisa kali gue pake..
    tapi kata2 kasarnya gue apus dulu

    BalasHapus
    Balasan
    1. goes sepeda. wk
      jangan jev, biar kesannya nyata.

      Hapus
  3. Ceritanya semakin seru aja nih.

    BalasHapus